Pojok Diri Sendiri

HUJAN baru saja reda. Mendung masih menggantung. Tanah basah menyisakan aroma wangi yang khas. Terlihat lalulintas masih padat ketika seorang sahabat mengajak menghabiskan waktu di salah satu pojok kafe.

Pojok kafe yang dipenuhi atmosfer kebahagian satu keluarga yang tengah merayakan ulang tahun. Merayakan jatah umur yang kian berkurang dengan perasaan riang gembira, seraya menyimak sepasang suami-istri yang tengah menggendong bayi mungil nan lucu.

Bayi yang dikelilingi dua orang pengasuh lengkap dengan seragamnya. Pengasuh yang terlihat sigap dan tak kenal lelah memastikan agar senyuman bayi terus merekah di pojok lain kafe.

Kafe yang nyaman dan terlihat memanjakan para pengunjungnya. Kenyamanan dirasakan dari tiga area kafe yang dibatasi dua kaca bening-membuat segenap interaksi pengujung terasa lapang.


Zona pertama menyajikan suasana perbincangan santai dengan serbuan hawa pendingin ruangan. Zona kedua menjadi smoking area dan zona ketiga tanpa sekat, tempat daku duduk di salah satu pojoknya.

Tempat daku leluasa menghamburkan pandangan ke titik nadir arus kemacetan kendaraan di kota itu. Ruetnya kemacetan yang tidak banyak berpengaruh kepada sepasang kekasih.

Sepasang kekasih yang sejak tadi saling manatap syahdu, seraya menyeruput minuman dingin mereka. Rona bahagia memancar indah di raut wajah keduanya. Sesekali tangan lelaki itu lekat dan liat menggenggam tangan kekasih hatinya.

Genggaman yang begitu erat dan intim. Seolah sudah lima belas purnama mereka lewati untuk saling mencari. Saling menahan rindu. Rindu yang teramat berat. Kerinduan yang kerap butuh jarak untuk menguji kesetian.

Kesetian bagi para perindu hingga menganggap kafe itu hanya ada dan milik mereka berdua. Proses amatan itu terasa begitu syahdu ditemani secangkir kopi yang terus mengepul.

Segenap peristiwa dan romansa tertawarkan di kafe itu tidak jarang menghadirkan nuansa yang menggugah. Kerap tak terduga, ketika melakukan pengamatan dari salah satu pojok kafe itu.


Pengamatan yang girang meruapkan persepsi, asumsi, dan opini dalam memberikan penilaian atas segenap aktivitas pengunjung kafe.

Meski di saat yang sama, daku tidak lagi kuasa mengamati pojok sendiri. Pojok yang kian sulit membaca posisi minor diri sendiri. []

ABDUL MUTTALIB

pecinta perkutut, tinggal di Tinambung

Recent Posts

Gubernur SDK Pimpin Upacara HUT ke-80 RI di Anjungan Pantai Manakarra

MAMUJU, TAYANG9 – Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat menggelar upacara pengibaran bendera Merah Putih dalam rangka…

6 jam ago

Pesta Merdeka Bareng E-Sport, Gubernur Sulbar Dorong Generasi Muda Salurkan Bakat Digital

MAMUJU, TAYANG9 – Dalam rangka menyemarakkan HUT RI ke-80, Gubernur Sulbar, Suhardi Duka (SDK), secara…

9 jam ago

Gubernur SDK & Ketua PKK Ikut Seru-Seruan di Lomba HUT ke-80 RI Pemprov Sulbar

MAMUJU, TAYANG9 – Kemeriahan HUT ke-80 RI di lingkungan Pemprov Sulbar belum berhenti. Setelah para…

11 jam ago

Wagub Sulbar Gandeng Bidokkes Polda Perkuat Gerakan Anti Stunting

MAMUJU, TAYANG9 - Wakil Gubernur Sulawesi Barat Salim S Mengga memimpin rapat koordinasi bersama Bidokkes…

21 jam ago

Hari Jadi Majene ke-480, Wagub Ajak Pemimpin Jadi Teladan dan Pelayan Rakyat

MAJENE, TAYANG9 – Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Mayjen TNI (Purn) Salim S. Mengga, menghadiri Rapat…

22 jam ago

Dzikir HUT RI di Mamuju, Gubernur Sulbar Ajak Masyarakat Perkuat Moral Bangsa

MAMUJU, TAYANG9 – Gubernur Sulbar, Suhardi Duka (SDK), menghadiri dzikir bersama dan tausiah bertema "Menuju…

1 hari ago