Ada hujan dari langit yang rindu tanah. Dijatuhkannya dirinya menuju tanah. Sial, saat jatuh, dirinya tersangkut di pokok daun siwalan.

Dari atas pokok pohon siwalan hujan menangis dalam derita rindu tanah dan pelukan. Dengan mata berair mata dilihatnya tanah menengadahkan tangannya hendak memeluknya.

Hingga siang datang, hujan kembali ditimpa panas dan lalu kembali ke atas langit. Berhari-hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan dan bertahun-tahun hujan tak kuasa menjatuhkan dirinya.

Dibawah sana, tanah kerontang dan meringis kesakitan ditimpa kemarau yang tak sudah-sudah. Air mata hujan kering dan kemarau. Dan mata tanah meneteskan darah. Menyala dan membakar segala yang kering.

Mandar, 18-20 Januari 2019

MS TAJUDDIN

belajar membaca dan menulis juga pembelajar di kehidupan

Recent Posts

Anak Muda Sulbar Antusias Sambut kehadiran KAMI di Mamuju

MAMUJU, TAYANG9 — Pengurus Pusat Kaukus Anak Muda Indonesia (PP KAMI) secara resmi menyampaikan ucapan…

1 hari ago

Tingkatkan Ekonomi Nelayan, Bupati Polman Serahkan Bantuan Sarana Prasarana Perikanan Kepada Nelayan

POLEWALI MANDAR, TAYANG9 - Upaya Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar (Polman), meningkatkan…

1 hari ago

Warga Mateng Hibahkan Lahan 7.5 Ha di Karossa untuk Pembangunan Sekolah Rakyat

MATENG, TAYANG9 - Program sekolah rakyat (SR) di Mamuju Tengah (Mateng) akhirnya peroleh berkah berupa…

3 hari ago

Ady Suratman: Minta Teguhkan Ideologi dan Amalkan Nilai Pancasila

POLMAN, TAYANG9 – Dalam rangka menginternalisasi nilai-nilai Pancasila, Bawaslu Kabupaten Polewali Mandar (Polman) menggelar upacara…

3 hari ago

Lantik Pengurus KWMSB, Zain Tekankan Pelestarian Budaya Mandar Melalui Keluarga

JAKARTA, TAYANG9 - Peran Kerukunan Wanita Mandar Sulawesi Barat (KWMSB) dalam pelestarian kebudayaan Mandar melalui…

5 hari ago

Cinderamata untuk Ketua Baru: Harapan Baru bagi RAPI Polman

POLEWALI MANDAR, TAYANG9– Dalam suasana penuh kebersamaan dan bersahaja, pemilihan Ketua Radio Antar Penduduk Indonesia…

6 hari ago