Categories: BERITAFEATURE

Wattu Timor, La’layang Lake dan Ungkapan Kegembiraan Orang Mandar

SIANG jelang sore hari. Sejumlah kendaraan roda empat dan roda dua tampak menurunkan kecepatannya. Di sisi kanan kiri jalan poros penghubung Tinambung menuju perbatasan Majene kerumunan warga tampak menyemut.

Seakan tak perduli panas terik matahari yang memanggang. Ada yang tampak sibuk secara beramai-ramai mengangkat la’layang lake (layangan-red) tradisional Mandar-Sulbar dalam ukuran besar. Sedang yang lainnya ada pula sibuk secara bersama-sama mengulur tarik tali layangan hendak ma’onjong (menerbangkan) la’layang lake miliknya.

Adalah festival la’layang lake pasalnya. Festival yang membuat sejumlah warga tampak menyemut dan membuat lalu lintas jalan sempat melamban dan bahkan terhenti sekedar menyaksikan festival itu.

GULUNGAN Tali layangan tampak sedang dijaga oleh pemiliki layangan saat layangan masih terbang dan berada di atas langit

Tak heran, ditengah panas terik matahari itu, jika mata ditengadahkan ke atas langit, maka yang segera tertangkap oleh indera penglihatan adalah, keindahan ratusan layangan dengan beragam warna dan corak tampak bermain dan bergerak-gerak lincah beterbangan di atas langit biru Tinambung

Tak tanggung-tanggung, ukuran la’layang lake yang ikut dalam lomba itupun cukup besar. Ada yang mencapai empat hingga lima meter. Belum dihitung panjang ekor atau buntutnya yang panjangnya juga bisa mencapai tiga hingga empat meter.

“Yang membuat saya takjub adalah, saat la’layang lake itu dionjong (hendak diterbangkan), karena ukurannya yang besar, maka empat hingga delapan orangpun harus ikut terlibat menarik tali layangan untuk bisa diterbangkan,”ujar Yoga salah seorang warga penikmat layangan yang ditemui, Senin 09 September 2019.

Konon festival yang memilih venue penyelenggaraannya di areal persawahan tandus di Katitting Tinambung itu dihelat sebagai cara mensyukuri nikmat hidup dari yang maha kuasa, dengan jalan merespon alam dan iklim di musim kemarau dengan sejumlah kegembiraan dan permainan rakyat.

Mahyuddin, salah satu warga asal Kandemen yang juga ada di tempat festival itu, kepada koran online ini mengatakan, kegiatan itu telah menjadi kegiatan rutin yang diadakan secara reguler di setiap tahunya. Utamanya pada saat musim kemarau yang dibarengi dengan hembusan angin.

“Kegiatan yang berupa festival la’layang lake ini digelar di sawah atau di dataran tanah lapang setiap tahunnya. Dan itu dimulai biasanya sejak bulan empat dan berakhir bulan september biasanya saat wattu timor (angin musim timur),” ujar Mahyuddin.

KARMUJI

Alumnus salah satu perguruan tinggi ini selain berkhidmat di Ansor juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakat dan gandrung pada diskusi sosial, budaya dan keagamaan

Recent Posts

Kurikulum Berbasis Cinta dan Ekoteologi: Sekjend Kemenag RI Jelaskan Cinta Kepada Sesama

Polewali Mandar, Tayang9 – Seminar bertajuk Kurikulum Berbasis Cinta dan Ekoteologi yang digelar di Hotel…

7 jam ago

PW ISNU Sulbar 2025–2030 Dilantik, Sekjend Kemenag RI: Utamakan Kolaborasi dan Pengabdian

Majene,Tayang9 – Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PW ISNU) Sulawesi Barat masa khidmat 2025–2030…

7 jam ago

LDKH Unsulbar Mengecam Keras Tindakan Oknum Penyebar Berita Hoax Terhadap Mahasiswa Papua di Kota Pendidikan Majene

MAHASISWA adalah representasi dari sebuah perubahan. sebagai insan cita yang mengedepankan pahaman keilmuan,kreatifitas serta nantinya…

12 jam ago

Anak Muda Sulbar Antusias Sambut kehadiran KAMI di Mamuju

MAMUJU, TAYANG9 — Pengurus Pusat Kaukus Anak Muda Indonesia (PP KAMI) secara resmi menyampaikan ucapan…

2 hari ago

Tingkatkan Ekonomi Nelayan, Bupati Polman Serahkan Bantuan Sarana Prasarana Perikanan Kepada Nelayan

POLEWALI MANDAR, TAYANG9 - Upaya Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar (Polman), meningkatkan…

2 hari ago

Warga Mateng Hibahkan Lahan 7.5 Ha di Karossa untuk Pembangunan Sekolah Rakyat

MATENG, TAYANG9 - Program sekolah rakyat (SR) di Mamuju Tengah (Mateng) akhirnya peroleh berkah berupa…

3 hari ago