Categories: CERPENGAGASAN

Tenggelamnya Kapal Ba’go

KEJADIAN ini nyata adanya yang sempat diceritakan oleh korban tenggelamnya kapal Ba’go atas peristiwa yang hampir merenggut nyawa dari salah satu sawi lopi bernama Ku’ding, ketika hendak berlayar melintasi Selat Makassar menuju perairan laut Sunda tujuan Surabaya. Dengan maksud berdagang dari hasil bumi perkebunan tanah Mandar nan subur.

Peristiwa naas itu terjadi sekitar awal tahun 90-an, kapal berjenis Ba’go di nahkodai sebanyak empat sawi lopi dan satu berstatus punggawa/juru mudi. Salah satunya alm. bapak Ku’ding yang berhasil selamat setelah kapalnya karam direrjang gelombang saat berada di perairan Masalembo. Ku’ding dkk terombang ambing di lautan selama sebulan hanya dengan menggunakan perahu sampan jenis Lepa-lepa sisa puing perahu yang bisa diraihnya sebelum kapalnya benar-benar tenggelam.

Tiga hari berlalu dari musibah itu, lima awak kapal hanyut jauh meninggalkan lokasi tenggelamnya kapal yang digunakan. Mereka masing-masing hanya berpegang bergelantungan sembari berpegangan disisi perahu lepa-lepa tanpa baju hanya kenakan celana jahitan berbahan kain dari karung terigu. Ciri has celana dalaman orang tua dulu.

Disinilah awal mula dramatisnya perjuangan Ku’ding dkk waktu saat mulai terhanyut dilautan luas. Pasrah atas ujian yang menimpah namun tetap berjuang untuk tetap hidup. Bertahan dalam kesengsaraan. Cobaan silih berganti dilalui selama terombang ambing di lautan. Mereka tidak peduli dengan ancaman ikan buas, panas di siang hari, dingin menimpa saat malam dilaluinya dalam ikatan kebersamaan.

Satu ujian besar kala itu, keputusan yang maha berat untuk dilakukan. Perahu sampan digunakan seyogianya hanya mampu memuat empat orang. Maka untuk bisa selamat, mesti ada yang harus di korbankan/dibunuh dari salah satunya. Musyawarah yang alot dan panjang. Jika tidak segera dilakukan, peluang untuk hidup sangat tipis. Sehingga memutuskan satu kesepakatan, yakni dengan terpaksa membunuh diantara salah satunya yang memiliki usai yang paling tua. Alasannya sederhana, anggota yang berusia tua dianggap tidak akan mampu bertahan lama dengan kondisi seperti itu.

#Bersambung

NASRUL MASSE

Anak pelaut yang ingin menulis dan membaca di daratan.

Recent Posts

KPU Polman Gelar Nobar Film “Tepatilah Janji” bagi Siswa SMK, Semaraka HUT Ke 80 RI

POLEWALI MANDAR, TAYANG9 – Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke 80 Republik Indonesia, Komisi Pemilihan…

2 hari ago

RPJMD Majene 2025 – 2029 Janji Ambisius yang Bisa Berujung Seperti Demonstrasi Pati

PROSES penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Majene 2025–2029 jika boleh jujur bisa…

2 hari ago

Mahasiswa Keperawatan Universitas Wallacea Ikuti Coaching ASI bersama BNNP Sulbar

MAMUJU, TAYANG9 – Program studi Setara Satu (S1) Keperawatan Universitas Wallacea bekerja sama dengan Badan…

2 hari ago

BAN PDM Sulbar Gelar Pelatihan Asesor, Kenalkan IA 2024 Versi 2025

SULBAR, TAYANG9 - Sebanyak 109 asesor Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Dasar Anak Usia Dini, Dasar…

5 hari ago

Sampah Polewali Mandar: Regulasi Cantik, Realita Buruk?

DI balik tumpukan dokumen kebijakan yang tampak rapi, sampah di Polewali Mandar terus menumpuk. Perda…

5 hari ago

Pembentukan dan Pengembangan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Desa Limboro: Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan

MAJENE, TAYANG9 - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Universitas Hasanuddin Gelombang 114, termasuk Nurul…

5 hari ago