Categories: GAGASANOPINI

Pesan Kak Mas’ud; Tanpa Guru, Kita Tidak Ada Apa-apanya

Torehan Hikmah dari Majelis Shalawat Simpang M

TANPA guru, kita tidak ada apa apanya. Begitu pesan yang disampaikan berulang kali oleh Kak Ancu, sapaan yang sering kami gunakan untuk menyapa Mas’ud Shaleh. Kak Ancu memberi pesan akan pentingnya berguru. Majelis Sholawat Simpang M yang dipimpinnya sekarang sudah berlangsung kurang lebih dua tahun sejak awal tahun 2020. Dan sudah ikut berguru lewat tarbiyah tarekat Qodiriyah sejak tahun 2005 lalu.

Kepada kami adek-adeknya yang tengah belajar nyantri di majelis Sholawat Simpang M, pesan itu selalu didengungkan, seakan mengisyaratkan kepada kami, betapa ia, Kak Ancu telah memilih jalan hidup sebagai pecinta kiai dan juga tentu saja pecinta gurunya.

Demikianlah, Laula Al-murabbi Ma Araftu Rabbi. Andaikan bukan guru, tidak akan kukenal Pencipta. Mengenal Nabi Besar Muhammad juga melalui guru. Sebab silsilah ilmu dan keberkahan tersambung terus menerus dalam tali ajaran Islam.

Kitab Tanwirul Qulub fi mu’amalatil Ilmi guyub mejelaskan bahwa posisi guru sebagai Rijalul Kamal. Mereka yang sudah sempurna ilmu syariat dan hakikat menurut Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma. Sehingga itu alasan mengapa guru wajib dihormati.

Setiap kesempatan, Kak Ancu memberi pesan akan pentingnya berguru. Majelis Sholawat Simpang M yang dipimpinnya sekarang sudah berlangsung kurang lebih dua tahun sejak awal tahun 2020. Dan sudah ikut berguru lewat tarbiyah tarekat Qodiriyah dan Qodiriyah wa Naqsyabandiyah sejak tahun 2005 lalu.

Setiap malam Rabu, jama’ah hadir berbondong-bondong di kediaman beliau. Sudah menjadi kebiasaan dzikir dan sholawat dikumandangkan serta membaca pesan-pesan tasawuf dan kisah-kisah akhlak dari berbagi ulama Sufi salah satu yang dilazimkan adalah Ajaran Sulthan Al-Auliya Syekh Abdul Qodir Jailani, itu juga disampaikan oleh beliau.

Ajaran akhlak mulia selalu mengalir dari penuturan beliau. Mengutip beberapa kitab tasawuf dan akhlak, juga kadang-kadang fiqih, aqidah dan filsafat. Pesan itu terpatri di benak kami para santri Majelis Sholawat Simpang M. Meskipun secara praktik, masih sangat jauh dari kata paripurna.

Itulah mengapa, Kak Ancu, Kakak Guru kami tidak henti selalu memperingatkan untuk memperbaiki niat, berdzikir bukan untuk gagah-gagahan, bukan mau kejar khusyuk, bahkan bukan untuk mencapai akhlak baik, bukan untuk apa apa. Kita berdzikir, bersholawat niatnya hanya untuk Allah (Lillahi Ta’ala) bukan yang lain.

Tanpa guru, kita bukan siapa-siapa. Selalu beliau selalu ajarkan, apapun masalahmu selain berdo’a, datanglah bersimpuh dihadapan gurumu. Sebab posisinya seperti dokter ahli, mampu mengenali dan menyembuhkan penyakitmu. Meminta petunjuk, mengharap ridho dan berkahnya.

Sungguh, ketundukan kepada guru adalah kemuliaan, kepatuhan padanya merupakan kebangaan, dan kerendahan hati diri didepannya merupakan keluhuran (Adabul Alim Wa muta’allim: Hasyim Asy’ari)

Bersabar atas kemarahan guru, sebab itu adalah obat. Obat memang pahit, tidak enak seperti gorengan, namun ia menyembuhkan. Guru ingin penyakit kita sembuh, didikan mereka tidak terlepas dari cinta kepada murid-muridnya.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Saya heran dengan manusia yang berbangga-bangga dengan fisiknya, padahal itu musnah, sementara hatinya menjerit padahal itu abadi sampai ke akhirat” Kita lebih memberi nutrisi kepada fisik ketimbang hati. Sementara penyakit fisik hanya di dunia, dan penyakit hati sampai ke akhirat. Guru mendidik mengobati hati yang sakit itu.

Bahkan sikap dan cara duduk mesti diperhatikan dihadapan guru. Beretika dan bersimpuh penuh dengan rasa rendah diri, tenang dan khusyuk. Tidak memalingkan wajah kecuali dalam keadaan darurat. Semua tubuh menghadap pada guru, menyimak serta berusaha memahami pesan-pesan dari guru.

Lagi-lagi Kak Ancu selalu berpesan: “jika bukan karena guru, kita bukan siapa-siapa” Pencapaian beliau sampai saat ini, tidak terlepas dari buah cintanya kepada Guru. Sudah selayaknya kehormatan diraihnya dengan keseriusannya berkhidmah kepada guru.

Puccadi, 13 Januari 2022

FARHAM RAHMAT

Alumnus Hukum IAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Timur dan Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. selain aktif sebagai blogger juga aktif dalam pengembangan skill bahasa Inggris dan Arab serta serius nyantri di Majelis Sholawat Simpang M. Ketua Zain Office ini juga dipercaya sebagai editor di media katalogika.com, serta tercatat sebagai pemuda pelopor literasi digital Polewali Mandar

Recent Posts

Dukung Kolaborasi Lintas Sektor, BPN Sulbar Turut Memeriahkan HUT POLRI Ke-79

Tayang9 - Pada Selasa, 01 Juli 2025, Kepala Bidang Pengendalian Tanah dan Penanganan Sengketa, Bambang…

7 jam ago

Siswi SMAN Tinambung Polman, Zalfa Naqiyya Terpilih Calon Paskibraka Nasional 2025

POLMAN, TAYANG9 --- Siswi kelas Dua Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar…

11 jam ago

Pemain Tidola FC Polman, Farhan Kembali Ikut TC Memperkuat Sriwijaya FC

POLMAN, TAYANG9  - Pemain Tidola FC, Kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Muhammad…

20 jam ago

OTP 37 Mamuju Juara Polman Cup V, Bantai Tidola FC Polman 5-1

POLMAN, TAYANG9 - Tim OTP 37 Kabupaten Mamuju juara turnamen sepak bola antar club se…

2 hari ago

Suara Tuhan di Antara Denting Sendok dan Senyuman

DISELA riuhnya lagu pujian dan tawa anak-anak yang memenuhi jalanan kampung Tabone pada perhelatan pekan…

2 hari ago

Tabone: Dari Kampung Sunyi ke Pusat Rohani

DIBALIK lekukan pegunungan nan indah serta jalanan kecil yang tenang, Kelurahan Tabone biasanya dikenal sebagai…

3 hari ago