POLMAN, TAYANG9 – Sulawesi Barat, sebuah provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan budaya, tengah menghadapi dua tantangan besar yang mengancam keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakatnya: perubahan iklim dan aktivitas pertambangan.
Perubahan iklim telah menunjukkan dampaknya secara nyata di wilayah ini, seperti meningkatnya frekuensi banjir, abrasi, longsor, serta naiknya permukaan air laut, dan kekeringan, terutama di daerah pesisir dan dataran tinggi. Perubahan cuaca ekstrem turut mengganggu sektor pertanian dan perikanan, yang merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar masyarakat Sulawesi Barat.
Begitu dua paragrafh awal kerangka acuan kegiatan agenda Local Conference of Youth (LCOY) Indonesia Sulbar yang akan digelar di Cafe Mamake Tinambung, 27 Juli 2025 pukul 14.00 – 16.30 hari ini.
Muhammad Muhsin R, ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kabupaten Polewali Mandar kepada koran online ini, malam tadi mengungkapkan, kegiatan yang sama juga digelar di sejumlah provinsi di Indonesia, “khusus untuk Sulawesi Barat kita yang menjadi penyelenggaranya dengan bermitra dengan berbagai lembaga, termasuk WALHI Sulbar”.
Dikatakan Muhammad Muhsin R, kegiatan yang dihelat itu akan menghadirkan peserta dari berbagai unsur, baik mahasiswa, pelajar dan organisasi non pemerintah serta sejumlah pihak yang konsern pada isu lingkungan.
“Kegiatan lokakarya ini memang sengaja menyasar generasi muda di Sulbar, khususnya dari kawasan timur Indonesia yang memiliki kepedulian, gagasan, dan solusi konkret terhadap isu krisis iklim dan kerusakan lingkungan di wilayahnya,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan Muhammad Muhsin R, hasil pemetaan serta curah gagasan akan didorong ke dalam sebuah dokumen rekomendasi dan komitmen bersama untuk kemudian akan diangkat ke dalam forum LCOY tingkat nasional.
“Pada akhirnya kita akan bawa rekomendasi, peta kerusakan, dan komitmen kolektif yang telah dirumuskan bersama, kami berharap delegasi Sulawesi Barat dapat memberikan kontribusi yang kuat dan berakar dari realitas lokal dalam merumuskan arah kebijakan dan aksi iklim yang lebih adil di tingkat nasional. Semoga LCOY 2025 menjadi ruang yang terbuka dan responsif terhadap suara-suara dari daerah seperti kami, yang berada di garis depan dampak perubahan iklim dan eksploitasi alam,” tutur Muhammad Muhsin R.
Dalam kegiatan yang juga dimotori Climate Rangers Jakarta itu, secara khusus akan menghadirkan dirinya, sebagai pengantar pembuka, dan juga menghadirkan dua pemantik utama, MS Tajuddin dari lembaga Mammesa dan Asnawi, Direktur Eksekutif Daerah WALHI Sulbar serta akan dipandu oleh Ahmad Zaky M Delegasi Sulawesi Barat LCOY Indonesia 2025.
“Kami sungguh berharap kegiatan ini berdampak luas dan langsung kepada gerakan pemuda di Sulbar untuk sama mengambil sikap tegas dan kepedulian nyata terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim termasuk aktivitas pertambangan yang tidak berpihak kepada lingkungan,” kunci Muhammad Muhsin R.
POLEWALI MANDAR, TAYANG9 – Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke 80 Republik Indonesia, Komisi Pemilihan…
PROSES penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Majene 2025–2029 jika boleh jujur bisa…
MAMUJU, TAYANG9 – Program studi Setara Satu (S1) Keperawatan Universitas Wallacea bekerja sama dengan Badan…
SULBAR, TAYANG9 - Sebanyak 109 asesor Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Dasar Anak Usia Dini, Dasar…
DI balik tumpukan dokumen kebijakan yang tampak rapi, sampah di Polewali Mandar terus menumpuk. Perda…
MAJENE, TAYANG9 - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Universitas Hasanuddin Gelombang 114, termasuk Nurul…