Categories: BERITASOSOK

Amaq Mahirum Ditemani Sepi di Gunung Rinjani

SENYUM tampak merekah di bibirnya. Seakan mencoba menyembunyikan kepedian yang diam-diam dan mendalam. Siapapun yang menemuinya, tidak akan menduga bahwa jauh di dalam lubuk hatinya tersimpan kepedihan yang begitu dalam.

Betapa tidak, selaksa senyum selalu tampak begitu indah dari bibirnya. Sorot matanya menyimpan kematangan dan semangat yang tak pernah meletih.

Amaq Mahirum, lelaki tua yang telah menginjak angka 80 tahun itu, masih begitu telaten menemani penulis mengobrol banyak hal tentang Rinjani. Gunung yang begitu setia menjadi ladang tempatnya bercengkerama dengan alam setelah berpuluh tahun dan berjuta peluh dan kebahagiaan ia dapati.

Amaq Mahirum bukan siapa-siapa, dia hanyalah seorang bapak yang menjalani garis nasib hidupnya sebagai porter dan juga pedagang di Pos 3 Gunung Rinjani.

Kepada penulis yang berbincang dengannya, disampaikan bahwa awal perkenalannya dengan Gunung Rinjani dimulai sejak jaman penjejahan Jepang. Kala itu, Ama Mahirum adalah tukang pengambil rumput kaki Gunung Rinjani.

Namun seiring perjalanan waktu dan seirama dengan jejak tapak kaki para pendaki dan pencinta alam, akhirnya Amaq Mahirum kemudian memilih untuk beralalih pekerjaan dari pengambil rumput menjadi porter atau tukang ojek tas para pendaki gunung.

Hingga kini, tercatat sedikitnya 16 tahun lamanya Amaq Mahirum menjalani hidup sebagai porter, dan karena itupula mengantarkannya sebagai lelaki tua yang telah ratusan kali menginjakkan di puncak Gunung Rinjani.

Gunung yang berada di ketinggian 3.726 m dpl. Salah satu gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia. Terletak pada lintang 8º25′ LS dan 116º28′ BT membuatnya sebagai gunung favorit bagi para pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya.

Kepada penulis, Amaq Mahirum mengaku, jasanya hanya bisa digunakan oleh pendaki dalam negeri. Karena dirinya terbentur dengan kendala ketidak mampuanya menggunakan bahasa asing, termasuk bahasa Inggris.

Kendati begitu, bagi Ama Mahirum, menjadi porter jasa angkut di Gunung Rinjani adalah pekerjaan yang amat ia syukuri. Terlebih dari penghasilannya yang tak seberapa itu, dirinya mampu menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.

Namun pasca gempa Lombok 2018 lalu yang kemudian disusul era pademi covid-19 di awal 2020 lalu, Ama Mahirum kini lebih banyak ditemani sepi. Pilihannya kini, hanya bercengkerama dengan alam Gunung Rinjani. Dalam sepi dan kesendiriannya yang tetap setia memilih tinggal di Pos 3 Gunung Rinjani. # bersambung…

BASRI DIMO

Selain aktif menulis, anggota muda kelompok pecinta alam Kalpataru Sulbar yang alumnus Fisip Unasman ini juga gandrung pada kesusasteraan dan soal-soal kemanusiaan

Recent Posts

Totammaq dan Sayyang Pattudu — Warisan Mandar yang Mengajarkan Pendidikan Sejati

DI tengah perubahan zaman yang kian cepat, kita sering terjebak dalam anggapan bahwa pendidikan hanya…

17 jam ago

MUI se-Polman dilantik, Ulama Diminta Antisipatif Hadapi Tantangan Zaman

POLMAN, TAYANG9 — Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) tingkat kecamatan se-Kabupaten Polewali Mandar masa khidmat…

17 jam ago

Bawaslu Polman, Hadiri Rapat Teknis Penyelenggaraan KKN Multimatik Sadar Pengawasan Pemilu dan Pilkada di Unasman

POLMAN, TAYANG9 - Bawaslu Kabupaten Polewali Mandar hadiri Rapat Teknis Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN)…

18 jam ago

Bawaslu Polman – Unasman Rancang Kolaborasi KKN Multimatik Program Desa Sadar Pengawasan Pemilu dan Pilkada

POLMAN, TAYANG9 - Bawaslu Kabupaten Polewali Mandar bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas…

2 hari ago

Komunitas Belajar SMK Negeri 1 Sumarorong Kembali Gelar Berbagi Praktik Baik Pembelajaran

SUMARORONG, TAYANG9 — SMK Negeri 1 Sumarorong kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui…

2 hari ago

UNASMAN Pertahankan Posisi di Klaster Utama SINTA 2026

Polewali, Tayang9 – Universitas Al Asyariah Mandar (UNASMAN) kembali menorehkan prestasi membanggakan di tingkat nasional.…

1 minggu ago