Di bawah langit kampung Mesakada yang berawan tipis, suara gong dan gendang berpadu, sebuah irama yang menanda keberadaan sebuah acara adat besar dan sakral sebuah keluarga yang sedang berdukacita.
Lantunan syair-syair adat yang bergema di tengah kerumunan orang-orang berduka atas kepergian orang tua tercinta, mengalun dengan rasa yang menyentuh hati. Ada kesedihan mendalam dalam yang tersirat setiap bait syair yang disampaikan.
Keluarga dari berbagai penjuru mulai berdatangan, mengenakan pakaian adat berwarna hitam dengan hiasan dan kain tenun khas, menjadi simbol dalam nuansa sakral itu.
Momen-momen itulah yang menjadi bagian dari ruh dalam pelaksanaan upacara adat Pa’tosaean Rambusolo Alm. Y. Allorerung. Sebuah tradisi sakral sebuah keluarga besar masyarakat di Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa, untuk menghormati arwah orang tua tercinta yang telah berpulang keharibaan.
Rambusolo bukan sekadar ritual kematian semata. Namun menjadi sebuah simbol penghormatan, pengakuan akan hubungan antara dunia manusia dan alam setelah kematian. Rambusolo menjadi sebuah jembatan bagi keluarga yang berduka untuk selalu terhubung dengan kerabat yang telah menghadap Sang Pencipta.
Untuk menghormati upacara adat ini, tak segan keluarga besar menggelar serangkaian prosesi yang berlangsung beberapa hari, melantunkan nyanyian ritual dengan irama menyentuh hati, sebagai ungkapan perasaan sedih atas keluarga yang ditinggalkan. Tarian tradisional serta penyembelihan binatang kerbau atau babi hingga ratusan ekor, sebagai manifestasi persembahan kepada leluhur.
Dalam setiap gerakan tari, lantunan lagu serta ungkapan kata yang mendalam yang diucapkan dalam ritual Rambusolo, memiliki makna yang mendalam, menggambarkan sebuah nilai kebersamaan, penghormatan, serta sebuah keabadian.
Di tengah upacara yang hikmat, di banua (rumah) keluarga besar, dihiasi dengan ukiran khas kampung Mamasa yang penuh simbol dan makna filosofi.
Para tetua adat duduk berderet serta keluarga mengikuti upacara dengan penuh ketenangan. Tua atau muda, keluarga turut dalam kebersamaan, mengambil bagian dalam ritual sakral Rambusolo.
Beberapa wanita berpakaian hitam lengan pendek, dengan topi di kepala seperti caping, bundar dan agak datar di bagian atas. Sebuah perpaduan keanggunan dan keindahan. Menjaga keharmonisan serta nilai-nilai budaya para leluhur. Mereka berada di barisan keluarga besar almarhum untuk menyambut kedatangan rombongan tamu dan keluarga dari berbagai penjuru mata angin.
Disisi lain pria dan wanita menggunakan baju hitam dengan aksesoris kain hitam penutup kepala, yang mereka sebut Potebolong. Nampak para pria berwibawa juga berkharisma. Sementara perempuan sebagai simbol menjaga martabat diri, kesopanan, dan ketulusan hati. Simbol itu sebagai penanda bahwa mereka adalah bagian keluarga yang terdekat dari almarhum.
Selama kegiatan berlangsung, mereka masih memegang teguh akan nilai-nilai leluhur yang selalu dirawat dan dilestarikan. Rambusolo menjadi ruang pertemuan antara adat budaya dan keyakinan, antara masa lalu dan masa kini. Ia menjadi pengingat bahwa identitas dan akar tradisi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di pegunungan Mamasa.
POLEWALI, TAYANG9 — Musyawarah Olahraga Kabupaten (Musorkab) Polewali Mandar resmi menetapkan Andi Mappangara sebagai Ketua…
SUMARORONG, TAYANG9 — SMK Negeri 1 Sumarorong melaksanakan kegiatan sosialisasi jelang pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik…
SUMARORONG, TAYANG9 — Suasana penuh khidmat menyelimuti lapangan upacara SMK Negeri 1 Sumarorong pada Selasa…
SUMARORNG, TAYANG9 — Dalam upaya meningkatkan inovasi dan kreativitas tenaga pendidik di era digital, Komunitas…
POLEWALI MANDAR, TAYANG9 ---Tim Pondok Pesantren Darul Hasanah Wonomulyo Juara Liga Santri Mini Soccer 2025…
SUMARORONG, TAYANG9 — SMK Negeri 1 Sumarorong, Sabtu (25/10) menerima bantuan hibah dari Bank Indonesia…