Categories: BERITAGAGASAN

Masyarakat Pinggiran Kota Mamuju yang Tergusur

Laporan : Refly Sakti Sanjaya

Tayang9 – Kamis menjadi hari yang paling menakutkan bagi Masyarakat yang bermukim diatas lokasi Stadion Manakarra Kabupaten Mamuju. Sekumpulan Manusia yang sejak puluhan tahun menjadikan lokasi bagian sebelah selatan Stadion sebagai alas kehidupannya, kini dihantui sosok yang bernama “penggusuran”.

Hari itu adalah hari Kamis, tepatnya Tanggal 10 Februari 2022, dimana sebagian besar masyarakat yang ada di Mamuju sedang menjalani aktifitasnya dengan rasa aman dan penuh semangat, seperti halnya para mahasiswa yang sedang melangsungkan kuliahnya di kampus bagian sebelah utara stadion, bahkan gedung olahraga bagian sebelah timur stadion juga sementara penuh dengan suara teriakan supporter futsal yang tak kalah hebohnya.

Bagian sebelah barat stadion terdapat kantor salah satu partai politik yang saat ini lagi naik daun di Kabupaten Mamuju, pun tetap eksis juga dengan aktifitasnya sebagai pengontrol kekuasaan di hari itu. Tapi disisi lain justru sangat berbeda dengan aktifitas sebagian kumpulan manusia mulai kategori balita sampai lansia yang berada di bagian sebelah selatan Stadion, karena sibuk mempertahankan ruang hidupnya dari upaya penggusuran Pemerintah yang mengatasnamakan Pembangunan.

Tujuh buah rumah Masyarakat Stadion jadi korban pembongkaran dari tangan-tangan tak berdosa para aparat Satpol PP yang hanya bisa taat pada perintah atasan demi bertahannya nyala api kompor di dapur rumah. Tanpa upaya dialog dengan masyarakatnya terlebih dahulu, Pemerintah langsung keluarkan perintah untuk penggusuran (Penertiban dalam istilah Pemerintah) terhadap rumah-rumah yang dicap liar diatas lokasi Stadion Manakarra.

Hal paling menakutkan yang dirasakan masyarakat stadion adalah tidak adanya jaminan kompensasi layak bagi mereka pasca tergusur. Parahnya menurut Pak Yusuf salah satu korban penggusuran mengatakan bahwa setelah digusur, seribu rupiah pun tak diberikan kepada mereka dan bahkan hanya diterlantarkan tanpa adanya solusi yang layak dari Pemerintah. Kini Pak Yusuf sedang melangsungkan kehidupannya bersama keluarga dengan tinggal hanya menggunakan tenda terpal yang biasanya dipakai jemur coklat.

Nasib korban penggusuran yang lainnya juga berbeda-beda, ada memilih untuk pulang kampung dan tinggal bersama keluarganya yang masih tersisa, dan juga ada yang masih susah move on dengan memilih tinggal numpang ditetangganya karena beruntung belum dapat giliran digusur. Meskipun mereka sadari bahwa sudah atau belum tergusur hanyalah persoalan waktu, jadi bersiap pindah adalah pilihan yang harus dipilih meskipun secara terpaksa.

Sejak hari itu rasa trauma menghantui Masyarakat yang bermukim dibagian sebelah selatan stadion. Namun, saat berhadapan dengan kondisi ancaman perampasan ruang hidup (Penggusuran), masyarakat yang sebagian besar latarbelakang mata pencahariannya sebagai buruh kasar atau pemulung ini justru tidak memilih untuk hanya tinggal diam. Perlahan-lahan lebih memilih membangun persatuan untuk berjuang bersama demi mempertahankan ruang hidupnya yang kini terancam atas nama Pembangunan Daerah.

Berangkat dari kesadaran bahwa tujuan pembangunan adalah jalan untuk menuju kesejahteraan rakyat. Artinya jika keluar dari rel itu tentu bukanlah lagi dinamakan pembangunan, melainkan lebih cocok dinamakan penindasan. Bahkan sadar bahwa Negara adalah alat untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, sehingga masyarakat stadion lebih memilih mati dari pada sama sekali tidak melawan terhadap upaya perampasan atas hak-haknya sebagai warga negara.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat stadion demi mempertahankan ruang hidupnya. Mulai dari membangun posko perlawanan, membentuk kelompok yang bernama “Aliansi Masyarakat Stadion”, sampai dengan mengundang berbagai wartawan untuk melakukan Konferensi Pers sebagai upaya sosialisasi kepada berbagai kalangan terkait penolakan penggusuran terhadap ruang hidup mereka sebelum adanya kejelasan kompensasi yang layak.

Seminggu pasca penggusuran, upaya Demonstrasi juga terpaksa dilakukan oleh Alisansi Masyarakat Stadion yang berjumlah ratusan kepala itu sebagai buntut dari lamanya ketidakjelasan jaminan kompensasi yang layak bagi mereka baik yang sudah tergusur maupun yang terancam akan tergusur. Sebelumnya upaya persuasif telah diperjuangkan bagi masyarakat stadion tapi sayangnya tak diindahkan oleh Pemerintah setempat. Nanti pasca demonstrasi baru akhirnya Pemerintah setempat berubah wujud umpama orang tua yang menyayangi anaknya. Mulai dari jadwal dialog yang telah ditetapkan sampai upaya penggusuran tanpa jaminan kompensasi berhasil dihentikan.

Hari Jumat, Tanggal 4 Maret 2022, hasil dari demonstrasi yaitu Dialog antara Masyarakat stadion dengan Pemerintah Daerah dalam hal ini dihadiri Bupati dan Sekretaris Daerah yang berlangsung di Kantor Bupati Kabupaten Mamuju akhirnya bisa berjalan lancar tanpa kekerasan dan ketidakpuasan. Sehingga pada akhirnya dialog ditutup dengan putusan bahwa jaminan kompensasi dalam bentuk ganti rugi bangunan per KK bagi masyarakat stadion berhasil diperjelas dengan bukti langsung dijanjikan oleh Bupati Mamuju. Tapi sayangnya kejelasan jumlah uang ganti rugi belum ada dan juga waktu penyaluran uang ganti rugi belum jelas. Tapi satu hal yang pasti bahwa kepastian ganti rugi bangunan masyarakat korban penggusuran telah ada dan bahkan langsung dijanjikan oleh perempuan nomor satu di Kabupaten Mamuju saat ini.

Sampai sekarang Masyarakat Stadion masih tetap berjuang mempertahankan hak nya sebagai warga negara Indonesia khususnya sebagai warga Daerah Mamuju dengan cara terus menerus menuntut kejelasan waktu penyaluran kompensasi yang dimaksud. Posko perlawanan kian kali menjadi tempat bahas evaluasi perjuangan, tempat belajar bersama, bahkan sampai tempat perumusan langkah revolusioner. Kalangan Aktivis Mahasiswa, Pers, sampai Lembaga Bantuan Hukum selalu setia membersamai perjuangan Masyarakat Stadion karena disatu sisi dianggap betul-betul membutuhkan bantuan sesama Manusia, dan disisi lain disadari adanya upaya penindasan secara struktural yang harus dilawan.

Semoga kita semua juga selaku Masyarakat Indonesia khususnya Masyarakat Mamuju tetap berpihak meskipun dalam pikiran atau perasaan kepada saudara dan orang tua kita yang sementara berjuang mempertahankan ruang hidupnya dari ancaman penggusuran atas nama Pembangunan.

REDAKSI

Koran Online TAYANG9.COM - "Menulis Gagasan, Mencatat Peristiwa" Boyang Nol Pitu Berkat Pesona Polewali Sulbar. Email: sureltayang9@gmail.com Gawai: +62 852-5395-5557

Recent Posts

Suara Tuhan di Antara Denting Sendok dan Senyuman

DISELA riuhnya lagu pujian dan tawa anak-anak yang memenuhi jalanan kampung Tabone pada perhelatan pekan…

18 jam ago

Tabone: Dari Kampung Sunyi ke Pusat Rohani

DIBALIK lekukan pegunungan nan indah serta jalanan kecil yang tenang, Kelurahan Tabone biasanya dikenal sebagai…

1 hari ago

Pelantikan Pejabat Eselon II Sulbar Tertahan, SDK Kritik Proses di BKN

MAMUJU, TAYANG9 – Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Pemprov Sulbar) hingga kini masih menanti turunnya Persetujuan…

2 hari ago

Pawai Ta’aruf Tahun Baru Islam 1447 H Warnai Semangat Hijrah di Mamuju

MAMUJU, TAYANG9 – Semangat perubahan dan kebangkitan terasa kuat menyelimuti langit Mamuju saat ribuan warga…

2 hari ago

Cegah Sengketa Pertanahan, Menteri Nusron Ajak Kepala Daerah Sosialisasikan Pemasangan Tanda Batas Tanah

SUMEDANG, TAYANG9 - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, mengajak…

2 hari ago

OTP 37 Mamuju Melaju Final Polman Cup V, Kandaskan Makmur Jaya Enrekang 4-2

POLEWALI MANDAR, TAYANG9 - Tim OTP 37 Kabupaten Mamuju, melaju final turnamen sepak bola antar…

2 hari ago