DUA puluh dua guru dari tiga kabupaten di Sulawesi Barat berada di Hotel Novotel Makassar Tanggal 14 sampai tanggal 17 Maret 2023. Dua puluh dua guru yang terdiri dari guru SD, guru SMP dan beberapa orang pegiat literasi.
Kegiatan Pelatihan guru Master revitalisasi Bahasa daerah untuk tunas bahasa ibu tersebut dilaksanakan oleh Balai Bahasa Makassar. Hal yang dipersyaratkan oleh penyelenggara pelatihan adalah guru yang dapat menggunakan Bahasa Mandar yang khusus dari Sulawesi Barat.
Sedangkan dari Kabupaten di Sulawesi Selatan menggunakan bahasa Bugis, Makassar, dan bahasa Toraja. Keseluruhan peserta adalah dari perwakilan Guru Bahasa dari 27 Kabupaten/kota di Sulawesi selatan dan Sulawesi Barat sebanyak 251 orang.
Di dalam buku panduan pelatihan disebutkan bahwa tujuan kegiatan tersebut untuk memberikan pelatihan dan materi Revitalisasi Bahasa Daerah dengan prinsip-prinsip Merdeka Belajar kepada para guru bahasa daerah atau yang mewakili komunitas tutur di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Materi yang disajikan meliputi pidato, mendongeng, menulis cerpen, dan komedi tunggal.
Pelatihan pada hari kedua adalah tentang pidato. Teori-teori dan teknik berpidato disampaikan secara singkat oleh pemateri. Materi teori dan teknik berpidato pada Sebagian besar peserta yang terdiri dari guru-guru tersebut adalah hal yang sudah biasa dan sudah sering didengar sehingga nampak responnya biasa-biasa saja. Yang kemudian yang menjadi hal yang luar biasa dalam pelatihan tersebut adalah pidato Bahasa daerah Mandar.
Ada hal yang menjadi catatan penting pada persiapan dan penampilan guru dan penggiat literasi yang berpidato dengan memakai Bahasa daerah Mandar. Pada saat persiapan pidato, guru-guru tersebut baru sadar bahwa banyak sekali kosa kata bahasa Mandar yang sudah dilupakan. Belum lagi bagaimana menyelaraskan makna-makna kata dalam sebuah konteks kalimat. Nampak kesulitan membuat konsep pidato dalam bahasa Mandar. Meskipun sudah dibuat konsep dalam bentuk bahasa Indonesia namun masih sulit menyusunnya dalam bahasa Mandar.
Kondisi yang terjadi pada saat pelatihan tersebut memunculkan kegelisahan beberapa orang peserta dari pegiat literasi termasuk pemateri, Ibu Prof. Dr. Nurhayati, M. Hum. Bertanya kepada As’ad Sattari, pegiat literasi yang juga guru pada salah satu SMA di Polewali Mandar bahwa kondisi yang terjadi saat pidato tersebut merupakan ciri kepunahan bahasa daerah Mandar, dia menjawab dalam tulisan singkat di Whatsap, “Ceh apa tongandi dzi’e, Masse tau ma’basa Mandar, tulu dibiasanganmi mappau basa Indonesia, Waduh! Bagaimana betul ini? Selalu terbiasa kita berbahasa Mandar”. Kalimat singkat As’ad Sattari mengisyaratkan kegelisahan yang sungguh mendalam, kesadaran yang seolah tiba-tiba saja datang menghentak dalam hatinya.
Lantas, apa yang harus dilakukan? As’ad menguraikan, “Sitinayai tau tulu nadipake basata toi ita, naung molimbo-limbo, di pete-pete, di pasar, di boyang, di biring Bonde, di buttu, di binanga, di inggannana engeatta’ me’uya’ allo bongi. Seharusnya kita selalu memakai bahasa kita sendiri di lingkungan kita, di mobil sewaan, di pasar, di rumah, di daerah pantai, di wilayah pinggiran sungai, di tempat kita bekerja setiap hari.”
As’ad menyambung bahwa terkhusus pada lingkungan pendidikan perlu adanya intervensi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kepada satuan pendidikan yang peserta didiknya lebih banyak menggunakan bahasa daerah Mandar agar menjadikan bahasa daerah Mandar sebagai pengantar dalam pembelajaran sambil mendorong muatan lokal bahasa daerah.
Prof. Dr. Nurhayati, M. Hum, yang menjadi pemateri pidato dalam peltihan tersebut, dalam bincang lepas mengatakan bahwa hal yang membuat guru atau pegiat literasi kesulitan dalam berpidato berbahasa Mandar karena kebiasaan. Kebiasaan berkomunikasi guru dengan guru yang sama-sama pemakai bahasa Mandar di beberapa tempat justru menggunakan bahasa Indonesia, atau menggunakan bahasa Mandar akan tetapi bercampur dengan bahasa Indonesia. Dalam pemakaian bahasa Mandar sehari-hari hampir tidak lagi ditemukan pemakaian bahasa Mandar secara utuh. Pada awal komunikasi menggunakan bahasa Mandar, namun di tengah pembicaraan disambung dengan bahasa Indonesia. Itu terjadi karena adanya kosa kata bahasa Mandar yang dilupakan atau kosa kata tersebut sudah tergeser dan terganti secara tidak langsung oleh bahasa Indonesia.
Lantas, apa yang harus dilakukan? As’ad menguraikan, “Sitinayai tau tulu nadipake basata toi ita, naung molimbo-limbo, di pete-pete, di pasar, di boyang, di biring Bonde, di buttu, di binanga, di inggannana engeatta’ me’uya’ allo bongi. Seharusnya kita selalu memakai bahasa kita sendiri di lingkungan kita, di mobil sewaan, di pasar, di rumah, di daerah pantai, di wilayah pinggiran sungai, di tempat kita bekerja setiap hari.”
As’ad menyambung bahwa terkhusus pada lingkungan pendidikan perlu adanya intervensi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kepada satuan pendidikan yang peserta didiknya lebih banyak menggunakan bahasa daerah Mandar agar menjadikan bahasa daerah Mandar sebagai pengantar dalam pembelajaran sambil mendorong muatan lokal bahasa daerah.
Prof. Dr. Nurhayati, M, Hum juga memberi solusi, bahwa jalan yang harus ditempuh adalah selalu membiasakan diri untuk menggunakan bahasa daerah sendiri. Guru dan pegiat literasi harus selalu menggunakan bahasa daerahnya dan mengajak semua orang pengguna bahasa daerah di lingkungannya untuk berbahasa Mandar. Beliau menggaris bawahi bahwa dibutuhkan keseriusan dari para tokoh yang dijadikan panutan dan terlebih lagi bagi pengambil kebijakan.
Merasakan sedikit kesulitan dalam menyusun pidato berbahasa Mandar dan membawakan pidato tersebut menjadi sebuah pengalaman sangat berharga bagi guru SD, SMP dan beberapa pegiat literasi dari Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Majene, dan Kabupaten Mamuju menjadi momen penting dalam mengasah keterampilan berbahasa khususnya bahasa daerah Mandar. Di benak hati yang paling dalam dari peserta tersirat ada janji untuk membiasakan berbahasa daerah Mandar.
Makassar, 16 Maret 2023
Penulis: Suparman Sopu, penyair, seniman dan penggiat budaya juga tokoh pendidikan Mandar Sulawesi Barat
Tayang9 - Pada Selasa, 01 Juli 2025, Kepala Bidang Pengendalian Tanah dan Penanganan Sengketa, Bambang…
POLMAN, TAYANG9 --- Siswi kelas Dua Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar…
POLMAN, TAYANG9 - Pemain Tidola FC, Kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Muhammad…
POLMAN, TAYANG9 - Tim OTP 37 Kabupaten Mamuju juara turnamen sepak bola antar club se…
DISELA riuhnya lagu pujian dan tawa anak-anak yang memenuhi jalanan kampung Tabone pada perhelatan pekan…
DIBALIK lekukan pegunungan nan indah serta jalanan kecil yang tenang, Kelurahan Tabone biasanya dikenal sebagai…