Categories: ABDUL MUTTALIBKOLOM

Bahasa Cinta

SUDAH menjadi rahasia umum jika fungsi utama dari bahasa adalah mengantarkan pesan. Pesannya bisa bermacam-macam. Ada pesan yang mudah dimengerti secara konkrit, dan ada pula pesan abstrak yang sulit diterjemahkan secara harfiah.

Anggaplah bahasa merupakan bentuk konkrit dari sebuah peristiwa komunikasi tersurat, sedangkan cinta merupakan bentuk abstrak dari pesan komunikasi tersirat. Jika kedua kosa kata ini digabung menjadi bahasa cinta, maka akan terlukis dimensi pesan kebahasaan yang abstrak dan konkrit sekaligus.

“Tingginya gunung akan kudaki, luasnya samudera akan kuseberangi, hanya untuk berjumpa dengan kekasih hati.”

Demikian ungkapan liris para pecinta yang kerap dijadikan amsal, betapa banyak rintangan untuk bertemu dengan sang kekasih, bahkan harus mendaki gunung dan menyeberangi samudera segala.

Cukup mengusap kepala sang anak, orang tua sudah mampu menunjukkan pesan cinta yang mendalam kepada sang anak. Cukup dengan diam serupa batu, para kekasih lazim memahami perasaan gundah gulana pasangannya.

Cukup dengan linangan air mata, segala jenis kesedihan dan kebahagian akan terbahasakan secara liris, puitis bahkan dramatis. Inilah keunikan bahasa cinta. Satu sisi berupaya berkata, lain sisi menunjukkan tindakan.

Antara kata dan tindakan tak perlu mencari titik kesesuaian. Karena secanggih apa pun kata diujarkan, jika frekuensi hati tak terpaut akan tetap minim arti. Begitu juga sebaliknya, sesederhana apa pun tindakan akan terlihat memukau jika batin sudah lebih dulu terhubung.

Sehingga jelas bahasa cinta itu urusan hati. Cinta dan hati adalah sesuatu yang abstrak kerena memang tidak tampak. Bukan berarti tidak nyata, melainkan masih bersifat rahasia. Karena rahasia, maka cinta letaknya di dalam hati, maka pancaran gelombang hati hanya dapat ditangkap dengan frekuensi rahasia.

Hingga istilah “katanya” lebih banyak didengungkan dibanding istilah “tindakannya” yang konotasinya hanya (sebatas) tampak oleh mata. “Katanya” senyatanya tidak ada jika lafalkan, karena tidak nyata maka dianggap rahasia.

Seumum-umumnya rahasia, masih tetap disebut rahasia, meski pengertian “umum” pada rahasia bisa jadi bersifat “khusus” bagi orang-orang yang sudah diberi mandat oleh semesta, untuk menerima dan memancarkan gelombang cinta ke segala penjuru. [/*]

ABDUL MUTTALIB

pecinta perkutut, tinggal di Tinambung

Recent Posts

Anak Muda Sulbar Antusias Sambut kehadiran KAMI di Mamuju

MAMUJU, TAYANG9 — Pengurus Pusat Kaukus Anak Muda Indonesia (PP KAMI) secara resmi menyampaikan ucapan…

2 hari ago

Tingkatkan Ekonomi Nelayan, Bupati Polman Serahkan Bantuan Sarana Prasarana Perikanan Kepada Nelayan

POLEWALI MANDAR, TAYANG9 - Upaya Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar (Polman), meningkatkan…

2 hari ago

Warga Mateng Hibahkan Lahan 7.5 Ha di Karossa untuk Pembangunan Sekolah Rakyat

MATENG, TAYANG9 - Program sekolah rakyat (SR) di Mamuju Tengah (Mateng) akhirnya peroleh berkah berupa…

3 hari ago

Ady Suratman: Minta Teguhkan Ideologi dan Amalkan Nilai Pancasila

POLMAN, TAYANG9 – Dalam rangka menginternalisasi nilai-nilai Pancasila, Bawaslu Kabupaten Polewali Mandar (Polman) menggelar upacara…

3 hari ago

Lantik Pengurus KWMSB, Zain Tekankan Pelestarian Budaya Mandar Melalui Keluarga

JAKARTA, TAYANG9 - Peran Kerukunan Wanita Mandar Sulawesi Barat (KWMSB) dalam pelestarian kebudayaan Mandar melalui…

5 hari ago

Cinderamata untuk Ketua Baru: Harapan Baru bagi RAPI Polman

POLEWALI MANDAR, TAYANG9– Dalam suasana penuh kebersamaan dan bersahaja, pemilihan Ketua Radio Antar Penduduk Indonesia…

6 hari ago