Kabiro Kesra Setda Provinsi Sulawesi Barat, Mohammad Ali Chandra (tengah) photo bersama sesaat seusai acara diskusi publik, diapit sejumlah peserta yang terdiri dari siswa dan guru SMA se-Kabupaten Polewali Mandar
TAYANG9-Kebijakan pendidikan karakter dirasa kian membutuhkan perhatian khusus, terlebih tumbuhnya generasi yang berkarakter menjadi sebuah keharusan, ditengah maraknya gempuran budaya luar yang masuk dan membuat generasi anak bangsa seakan kehilangan identitas dan jati dirinya.
Begitu yang terungkap melalui acara diskusi publik yang digelar Biro Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Sulawesi Barat di Hotel Lilianto Polewali, Rabu 20 Maret 2019 lalu.
Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Sulawesi Barat, Mohammad Ali Chandra mengatakan, diskusi publik yang menghadirkan 25 pelajar SMA beserta guru pendampingnya, sebanyak 15 orang se Kabupaten Polewali Mandar itu, dimaksudkan sebagai upaya untuk menerima masukan atas kondisi terkini pendidikan karakter di tingkat SMA.
“Ini penting, karena bangsa ini butuh generasi berkarakter yang kelak diharapkan bisa menjadi panutan. Dan untuk menjadi panutan itu, dibutuhkan generasi yang seirama antara laku dan perkataannya,” tutur Ali Chandra, disela acara yang dihelat di hotel Lilianto Polewali.
Dikatakannya, pembangunan karakter di semua level itu penting, mulai dari karakter individu, keluarga, pendidikan, masyarakat hingga karakter bangsa. “Nah semua ini penting kita bangun, karena kekuatan individu, keluarga, masyarakat, pendidikan akan sangat menentukan maju mundurnya bangsa kita,” ujarnya.
Sementara itu, dalam pemaparan materinya Ali Chandra juga menyinggung seputar kebudayaan, pendidikan formal maupun in formal, yang menurutnya, akan sangat menentukan langkah-langkah generasi Sulawesi Barat dalam membentuk karakternya yang malaqbi.
Dalam acara yang berlangsung selama dua hari sejak 19 hingga 20 Maret itu, semua peserta juga diminta untuk menuliskan permasalahan pendidikan karakter di sekolah masing-masing. Utamanya yang terkait dengan persoalan pembelajaran muatan lokal yang dinilai belum memiliki petunjuk teknisnya secara rinci dari dinas pendidikan dan kebudayaan.
“Hal ini amat penting saya kira, karena masukan dari stakeholder pendidikan, utamanya dari para siswa atau pelajar akan menjadi masukan berharga bagi penentuan kebijakan untuk melahirkan kurikulum yang berbasis kearifan lokal,” ungkap Ali Chandra.
Sementara itu, Ketua Deawan Pendidikan Sulbar, Ansar Hasanuddin dalam materinya, lebih banyak menyeroti seputar kian banyaknya generasi muda Sulbar yang telah tercerabut dari akar kebudayaannya.
“Generasi kita kini bertumbuh sebagai generasi yang tidak lagi memahami betul identitasnya. Karenanya, dunia pendidikan sudah saatnya untuk ikut ambil bagian dalam meretas persoalan ini. Tetapi tentu saja, hal ini dibutuhkan komitmen kebijakan dari pemerintah Sulbar. Dan inilah salah satu bagian penting dari upaya kita untuk menumbuhkan generasi yang berkarakter sebagai gerakan revolusi mental,” bebernya.
Dikatakan Ansar, pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah tapi diperlukan gerakan turun tangan dari pihak sekolah dan stakeholder yang terkait dalam menciptakan iklim pendidikan yang sehat. “Saya kira ini adalah tanggung jawab semua pihak, termasuk orang tua”.
POLMAN, TAYANG9 - Pemain Tidola FC, Kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Muhammad…
POLMAN, TAYANG9 - Tim OTP 37 Kabupaten Mamuju juara turnamen sepak bola antar club se…
DISELA riuhnya lagu pujian dan tawa anak-anak yang memenuhi jalanan kampung Tabone pada perhelatan pekan…
DIBALIK lekukan pegunungan nan indah serta jalanan kecil yang tenang, Kelurahan Tabone biasanya dikenal sebagai…
MAMUJU, TAYANG9 – Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Pemprov Sulbar) hingga kini masih menanti turunnya Persetujuan…
MAMUJU, TAYANG9 – Semangat perubahan dan kebangkitan terasa kuat menyelimuti langit Mamuju saat ribuan warga…