BERITAFEATURETERKINI

Karena Merah Putih adalah Kehormatan

PANAS tidak begitu memanggang bahkan cenderung bersahabat. Kendati matahari cukup cerah, namun senyum cerah sejumlah warga yang menyemut membuat suasana menjadi terasa indah.

Sejumlah mobil terparkir disepanjang bahu jalan sekitar satu kilo. Petugas kepolisian dan aparatur dinas perhubungan sibuk menata lalu lintas agar tak macet oleh kendaraan yang lalu lalang di jalur poros Sulawesi Selatan-Barat, tepatnya  di Rea Timur Kecamatan Binuang Polewali Mandar.

Dari dalam tenda besar yang berlangit- langitkan juntaian kain merah putih terdengar lantunan sholawat menggema melalui pengeras suara. Sejumlah kelompok marawis sibuk menabuh kendang dan sejumlah alat musik perkusinya.

Tidak berselang lama Maulana Habib Lutfi Bin Yahya keluar dari dalam pekarangan rumah H. Jamaluddin sang pemilik hajatan 100 hari almarhumah Hj. Sittiani Binti Yeccu Imangana istri tercintanya.

Tak pelak sejumlah warga dan jamaahpun segera mendekat berharap bisa bersalaman atau bersentuhan atau setidaknya melihat dari dekat wajah Sang Habib yang juga adalah presiden sufi dunia itu.

Dari atas panggung memanjang Maulana Habib Lutfi Bin Yahya kemudian memulai ceramahnya setelah sebelumnya diawali dengan pengantar tausiyah dari KH. Muhammad Syibli Sahabuddin dan pengalungan kain sutera Mandar pertanda Sang Habib telah didapuk untuk menjadi tau pia (orang mulia) Mandar.

Dalam ceramah di pengajian kebangsaan, Sore tadi, Selasa 03 Maret 2020 itu, Sang Habib berulangkali menegaskan pentingnya mencinta bangsa dan negara juga meneguhkan semangat keberagaman.

“Kenapa kita harus hormat kepada bendera merah putih? Karena di dalam merah putih ada tiga hal yang dikandungnya, pertama kehormatan bangsa, kedua harga diri bangsa dan yang ketiga jati diri bangsa,” bebernya sebelumnya akhirnya memandu para hadirin untuk sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya.

Melalui acara yang dipandu oleh Mas’ud Shaleh itu, dikatakan Habib, kecintaan dan penghormatan kepada bendera merah putih itu bagi masyarakat Indonesia haruslah dilakukan.

“Kalau menenggakkan bendera merah putih jangan sampai bambunya miring, karena itu harga diri kami. Harga diri kita, dan itu adalah wibawah kita. Kalau menyanyikan lagu Indonesia raya, kita mestinya berdiri tegap dalam sikap sempurna, supaya bangsa lain tidak memandang remeh dan merendahkan kita,” tegasnya membakar semangat kebangsaan para hadirin.

Lebih jauh disampaikannya, tahun depan kalau masih sehat dan tak ada kendala dirinya akan kembali hadir di Mandar Sulawesi Barat.

“Saya harapkan kelak kita adakan pengajian kebangsaan di ibu kota Sulawesi Barat di Mamuju usai lebaran kita halal bi halal dan silaturrahmi. Semoga insya Allah kita tetap dalam keadaan sehat dan tidak ada kendala,” urai Dewan Pertimbangan Presiden RI ini disambut gemuruh tepuk tangan hadirin. (*)

REDAKSI

Koran Online TAYANG9.COM - "Menulis Gagasan, Mencatat Peristiwa" Boyang Nol Pitu Berkat Pesona Polewali Sulbar. Email: sureltayang9@gmail.com Gawai: +62 852-5395-5557

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: